-->

Hari Ini Perdamaian Konflik Perang Kwamki Narama

Situasi ketika konflik perang adat di Kwamki Narama

SAPA (TIMIKA) – Hari ini Selasa (23/8) direncanakan akan dilaksanakan prosesi perdamaian atas konflik perang adat yang berkepanjangan dan terjadi di wilayah Kwamki Narama, Kabupaten Mimika, Papua. Hal ini disampaikan Kapolres Mimika AKBP Yustanto Mujiharso, S.IK, M.Si, Senin (22/8) diruang kerjanya kantor pusat pelayanan Polres Mimika.

“Insya Allah perdamaian besok (hari ini). Penyampaian Atimus ke Kabag Ops besok harus clear. Kemudian tadi pagi (kemarin) saya sudah koordinasi dengan pak Elminus Mom (ketua DPRD Mimika-red), beliau juga menyampaikan hal yang sama, diupayakan besok sudah ada perdamaian,” terang Kapolres.

Terkait rencana prosesi perdamaian antar kelompok warga yang berkonflik di Distrik Kwamki Narama, pihak kepolisian mengharapkan agar semua pihak benar-benar mendukung prosesi tersebut. Jangan lagi ada pihak-pihak yang mencoba dan berupaya untuk menggagalkan prosesi perdamaian tersebut. Jika nantinya ada pihak tertentu yang sengaja menghambat atau mempersulit jalannya prosesi perdamaian, maka pihak-pihak tersebut akan di jadikan target oleh pihak kepolisian.

“Artinya, kita harapkan semua pihak harus mendukung itu. Apabila ada pihak-pihak yang menghambat atau mempersulit perdamaian itu, nanti akan kita jadikan target, karena otomatis orang-orang itu tidak mau damai kalau dia mempersulit. Dan pihak-pihak yang mempersulit atau menghambat perdamaian, pasti akan kita jadikan atensi khusus,” tegas Kapolres.

Kapolres menjelaskan apabila ada kendala yang berkaitan dengan persoalan adat, dalam hal ini terkait pambayaran ganti rugi atau denda adat akibat konflik perang adat yang terjadi, hal demikian dapat diselesaikan belakangan. Yang utama adalah perdamaian didahulukan.

“Silahkan perdamaian dulu, nanti apabila ada kendala yang berkaitan masalah adat, bisa dibicarakan, yang penting damai dulu,” jelas Kapolres.

Sementara itu DPRD Mimika Senin kemarin, juga memfasilitasi pertemuan para waemum (kepala perang-red) antara kelompok bawah dengan kelompok atas. Pada pertemuan ini di pimpin Ketua DPRD Mimika Elminus B Mom, SE secara tertutup di ruang ketua DPRD Mimika, serta menghasilkan kesepakatan untuk mengakhiri perang dan sepakat tidak lagi akan ada perang.

Para waemum yang telah sepakat berdamai dan ingin segera mengakhiri konflik berkepanjangan, dan sepakat melakukan prosesi perdamaian hari ini pukul 09.00 WIT. Perdamaian akan ditandai dengan patah panah serta belah kayu dan dua ekor babi akan menjadi tumbal masing-masing kubu, dan akan diserahkan satu babi untuk dibunuh sebagai tanda proses perdamaian.

“Dalam kesepakatan damai tersebut kedua belah pihak mengakhiri konflik dan telah berjanji untuk tidak lagi ada perang.Kalaupun ada perang atau konflik, maka itu lain, tidak ada hubungannya dengan konflik yang sekarang terjadi,” kata Elminus.

Lanjut Elminus, proses perdamaian hari ini sudah dikoordinasikan dengan Kapolres dan juga akan hadir Bupati Puncak, Willem Wandik, guna menyaksikan proses perdamaian antar kedua kubu yang bertikai.

“Perdamaian besok (hari ini-red) adalah benar-benar perdamaian yang di inginkan oleh kedua belah pihak. Besok itu semua waemum dan anggota dewan akan hadir menyaksikan perdamaian, dan akan ada penandatanganan kesepakatan untuk tidak lagi ada konflik,” jelas Elminus.

Atimus Komangal salah satu tokoh sentra di kelompok bawah mengakui kalau sebenarnya ia tidak lagi menginginkan konflik dan perang  berlanjut, karena sadar dirinya telah menjadi anggota DPRD Mimika.

“Kami sudah tidak mau lagi ada konflik, namun kami minta satu syarat dari pemerintah agar program yang diperuntukkan bagi pembangunan kwamki Narama agar tidak di pindahkan atau digeser ke tempat lain. Kami ingin Kwamki Narama membangun sehingga seluruh program harus tetap di jalankan di Kwamki Narama,” tegas Atimus yang juga merupakan anggota DPRD Mimika.

Selanjutnya, seluruh kerugian, korban jiwa, serta korban luka-luka yang dialami oleh kelompoknya, akan menjadi tanggungjawabnya.

“Kami sudah berjanji untuk tidak lagi ada perang atau konflik di Kwamki Narama. Kami besok siap untuk bertanda tangan lalu bersama dan bersatu untuk membangun Kwamki Narama,” ungkap Atimus.

Untuk diketahui bahwa konflik perang adat yang kembali terjadi di Distrik Kwamki Narama, disebabkan meninggalnya almarhum Fredy Kiwak (26) pada 8 Mei 2016 di RS Cikini Jakarta. Dari situlah ketegangan mulai terjadi, lantaran Fredy Kiwak yang berasal dari kelompok bawah atau kubu Atimus Komangal, meninggal diakibatkan bekas luka panah yang dialaminya pada perang adat 2012 silam. Dari situlah masalah lama dimunculkan ke permukaan, dan terjadi ketegangan antar kelompok warga dari kubu Atimus Komangal dan Benyamin Kiwak, atau yang disebut kelompok bahwa, dengan kubu dari Hosea Ongomang, atau yang disebut kelompok atas, dan saat ini menjadi kelompok tengah setelah terjadi konflik penyerangan terhadap kelompok warga di Iliale. (Saldi/Maria Welerubun)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Banner IDwebhost

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel