-->

Polisi Ungkap Motif Pelaku Penusukan Terhadap Wiranto

Polisi Ungkap Motif Pelaku Penusukan Terhadap WirantoJAKARTA, LELEMUKU.COM - Polri mengungkapkan motif pelaku penusukan terhadap Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto adalah karena takut ditangkap.Menurut Kepala BIN Budi Gunawan pelaku sudah terpapar radikalisme dan terhubung dengan jaringan teroris Jamaah Anshorut Daulah atau JAD Bekasi.

Dalam jumpa pers di kantornya di Jakarta, Jumat (11/10/2019), Kepala Biro Penerangan Masyarakat Kepolisian Republik Indonesia Birgadir Jenderal Dedi Prasetyo mengungkapkan motif pelaku penusukan terhadap Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto adalah karena takut ditangkap.

Syahrial Alamsyah alias Abu Rara dan istrinya, Fitri Andiriana, pada Kamis menyerang Wiranto saat baru tiba di Alun-alun Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Akibat tusukan Abu Rara, mantan panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) tersebut sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat, sebelum diterbangkan dengan helikopter ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto di Jakarta.

Dedi mengakui Detasemen Khusus 88 Antiteror memang sudah mengikuti Abu Rara sejak kelompok Abu Zee ditangkap. Abu Rara hanya sekali berkomunikasi langsung dengan Abu Zee, kemudian pergi ke Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten. Selama tinggal di Menes, polisi belum menemukan persiapan atau bukti melawan hukum yang dilakukan oleh Abu Rara.

Dalam pemeriksaan polisi dua hari terakhir, Abu Rara mengaku tertekan setelah mendengar Abu Zee ditangkap bulan lalu. Dia takut dirinya juga bakal ditangkap. Karena itu, Abu Rara mengatakan kepada istrinya sekaranglah waktu untuk mempersiapkan amaliyah atau serangan terhadap aparat pemerintah atau aparat keamanan.

Ketika mendengar ada rombongan pejabat datang ke Menes menggunakan helikopter dan melihat masyarakat berkerumun di sana untuk menyambut, Abu Rara mengajak istrinya ke alun-alun. Kepada penyidik, Abu Rara mengaku tidak mengetahui siapa pejabat yang datang.

"Langsung secara spontan menuju alun-alun. Dia menceritakan kepada isrinya, 'Nanti saya akan menyerang bapak yang turun dari heli, kamu nanti langsung menusuk anggota polisi yang dekat dan siapa saja yang kamu ketemukan dekat dengan bapak ini (Wiranto).' Jarak antara rumah (Abu Rara) dengan alun-alun itu kurang lebih 300 meter," kata Dedi.

Abu Rara, bersama istri dan anak perempuannya yang masih kecil kemudian mencoba mendekati sasaran tapi beberapa kali dihalau oleh polisi. Tapi mereka tetap memaksa masuk ke kerumunan masyarakat yang sedang bersalaman dan minta foto bareng dengan Wiranto.

Berdasarkan rekaman video yang beredar di media sosial, Abu Rara langsung menyerang Wiranto saat dia baru keluar dari mobil berwarna hitam. Menurut Dedi, yang terkena duluan adalah tokoh masyarakat bernama Haji Fuad. Kemudian Abu Rara melanjutkan serangan ke Wiranto yang langsung tersungkur ke tanah.

Istri Abu Rara langsung menyerang Kepala Kepolisian Sektor Menes Komisaris Driyono. Tidak berhenti sampai di situ, perempuan ini nekat menyerang Kepala Kepolisian Daerah Banten Inspektur Jenderal Tomsi Tohir namun berhasil ditepis menggunakan tongkat komando. Istri Abu Rara lantas ditendang dan roboh ke tanah.

Dedi menegaskan Abu Rara tidak pernah mengikuti pelatihan militer untuk persiapan melakukan amaliyah. Dia juga bukan anggota aktif kelompok Abu Zee dan hanya sekali bersentuhan dengan Abu Zee.

Menurutnya, Abu Rara hanyalah simpatisan Jamaah Ansarud Daulah (JAD), sempat dinikahkan oleh Abu Zee, lalu pergi.

"Tindakan amaliyah yang dilakukan oleh Abu Rara sifatnya spontan. Dia sudah punya pemikiran bahwa sasaran amaliyah adalah thoghut, kalau nggak pemerintah, aparat kepolisian. Maka ketika ada momentum seperti itu, momentum itu dimanfaatkan oleh Abu Rara bersama istrinya untuk melakukan amaliyah," ujar Dedi.

Meski begitu, lanjut Dedi, Abu Rara dan istrinya, sama-sama berkomitmen siap mati dalam melakukan serangan terhadap Wiranto dan polisi.

Dedi mengungkapkan polisi belum pernah mendeteksi Abu Rara pernah ke Malaysia. Dia hanya pernah ke Sumatera, rumah singgah di Kediri, Bogor. Di kota hujan itulah, Abu Rara dinikahkan oleh Abu Zee dengan Fitri Andiriana.

Mengenai standar pengamanan terhadap pejabat negara terkait peritsitwa penusukan terhadap Wiranto, Dedi sekali lagi menegaskan Detasemen Khusus 88 selama ini hanya bisa memantau pergerakan Abu Rara karena belum ada buktibukti permulaan yang cukup. Dia menekankan tidak ada satu pun negara yang mampu mendeteksi secara progresif terhadap terduga teroris yang akan melakukan amaliyah. Dedi menegaskan teroris bisa melakukan amaliyah di mana saja dan kapan saja.

Dedi mengakui polisi akan melakukan evaluasi mengenai prosedur pengamanan pejabat negara. Dia menambahkan polisi tidak mungkin membatasi pejabat publik yang akan berinteraksi dengan masyarakat.

Dia menjelaskan pejabat negara setingkat menteri mempunyai standar pengamanan berupa pengawal pribadi, ajudan, pengawal kendaraan roda dua, pengawal kendaraan roda mepat, serta pengamanan oleh kepolisian dan TNI dari daerah yang dikunjungi oleh pejabat bersangkutan.

Sebelum kejadian penusukan terhadap Wiranto, tambahnya, Detasemen Khusus 88 menangkap tiga terduga teroris di Morowali, Salatiga, dan sembilan terduga teroris yang dipimpin Abu Zee. Detasemen Khusus 88 pada Kamis kemarin menangkap satu terduga teroris di Bandung, Manado (satu orang), dan Bali (dua orang).

Kepala Badan Intelijen Negara Budi Gunawan menyebut pelaku penyerangan terhadap Menkopolhukam Wiranto sudah terpapar radikalisme dan terhubung dengaan jaringan teroris Jamaah Anshorut Daulah atau JAD Bekasi.

Sebelumnya pelaku merupakan anggota JAD Kediri dan kemudian pindah ke JAD Bekasi setelah bercerai dengan istri pertamanya.

“Bahwa dari dua pelaku ini kita sudah bisa mengidentifikasi bahwa pelaku dari kelompok JAD Bekasi. Kita tahu bahwa saudara Abu Rara ini dulu dari sel JAD Kediri berpindah ke Bogor kemudian bercerai dengan istri pertama pindah ke Menes difasilitasi oleh salah satu Abu, Abu Syamsuddin, JAD dari Menes untuk tinggal di sana,” kata Budi Gunawan.

Sebelum di serang di Pandeglang Banten, Wiranto dan tiga pejabat lain yakni Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan, Kepala BIN Budi Gunawan dan Gorris Mere pernah disebut oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian menjadi target pembunuhan oleh perusuh aksi 21-22 Mei 2019. (VOA)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Banner IDwebhost

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel